Bumil kurang zat besi beresiko lahirkan anak autis
Sebuah studi menemukan bahwa faktor penyebab autis pun bisa disebabkan
kurangnya asupan zat besi oleh ibu di masa kehamilan. Selama ini variasi gen dan paparan merkuri pada saat hamil sering
diklaim sebagai penyebab seorang anak berisiko terkena autis.
Bagi anak
yang ibunya kekurangan suplemen zat besi akan memiliki lima kali lipat
risiko autisme. Hal ini dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan
peneliti dari University of California. Dalam studi terbaru dari UC
Davis MIND Institute, peneliti melihat hubungan antara asupan zat besi
dengan risiko memiliki anak dengan autism-spectrum disorder (ASD).
Selain
kurangnya asupan zat besi. Risiko dari kelahiran anak autis juga
dipengaruhi oleh usia sang ibu. Pada ibu yang berusia 35 tahun atau
lebih saat melahirkan seorang anak, maka ia pun memiliki risiko anak
dengan autis. Ini juga berlaku pada ibu yang memiliki masalah pada
kondisi metabolismenya seperti obesitas, hipertensi, atau diabetes.
"Hubungan
antara kurangnya asupan zat besi dan meningkatnya risiko ASD semakin
besar saat masa menyusui, yakni setelah penyesuaian terhadap masuknya
asam folat," jelas Rebecca J.Schmidt, asisten profesor dari departemen
ilmu kesehatan masyarakat dan peneliti dari MIND Institute.
"Kekurangan
zat besi hinggs menyebabkan anemia, merupakan masalah biasa dari
kekuarangan nutrisi selama kehamilan. Kejadian ini dapat berdampak pada
40-50% wanita dan bayi mereka," jelas Schmidt.
Zat besi
merupakan hal krusial dalam pembentukan otak. Zat besi ini
berkontribursi dengan produsi neutrotransmiter, mielinisasi, dan fungsi
imun. Tiga hal tersebut pun berhubungan dengan autis yang dimiliki oleh
seorang anak. Peneliti mencatat bahwa mereka perlu berhati-hati dengan
penelitian ini. Studi ulang pun masih perlu dilakukan.
Salah
satu cara yang bisa orangtua lakukan untuk menghindari risiko autis pada
anak adalah dengan memenuhi nutrisi saat kehamilan. "Dengan memenuhi
mikronutrien dan menghindari paparan polusi terutama logam berat dapat
menjadi cara menghindari risiko autistik pada anak," jelas Prof Dr
Michael Klentze MD, Ph.D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar